Saturday, April 13, 2013

Orang (yang lebih) tua


Orang yang lebih tua wajib kita hormati. Orang yang lebih tua salah wajib kita beri tahu. Jangan yang salah terus dibenarkan. Mengertikah?

12 April 2013 di Jogjakarta. Di malam hari yang mencekam setelah hujan, Njuz berniat membeli makan di warung nasi goreng. Starter motor, gas, meluncur. Sampai di pertigaan, Njuz hendak belok kiri/Selatan (Njuz dari arah Timur). Tiba-tiba nongol orang tua naek motor dari arah Selatan hendak ke Timur. Namun sayang, orang tua itu melanggar garis putih solid sehingga orang tua itu sangat mepet dengan trotoar di timur jalan.

Yang terjadi bisa di bayangkan bukan? Yup, kalo kecepatan motor itu sama-sama 40km/jam, bisa “mak gedubrak”. Tapi Alhamdulillah kecepatan motor sama-sama rendah, mungkin sekitar 20km/jam sehingga bisa sama-sama nahan motor. Namun kaki Njuz harus rela turun ke bawah menuju peceren (comberan). What the Fuck.

Terjadi adu mulut antara Njuz dengan orang tua itu. Ternyata dia orang kampung situ. Rumahnya hanya 30meter dari lokasi kami adu mulut. Saya tak peduli, namanya salah tetap saja salah. Persetan mau dia orang kampung situ, mau dia anak presiden, mau dia haji 60 kali tetep aja judulnya salah.

Tapi kebiasaan orang Indonesia ini bos. Orang tua selalu benar. Padahal jelas-jelas melanggar dan hampir menyebabkan kecelakaan tapi malah marah-marah. Lucu banget kan? Beginilah adu mulut Njuz dengan orang tua laki (OTL) tersebut beserta istrinya (OTP).

OT       : “tiiiiiiin” (suara klakson berbunyi dari motor supra orang tua tersebut)

Njuz     : “Sabar pak. Bapak ini melanggar garis lho.”

OTL     : “Tidak apa-apa, saya kan sudah riting (sen) kanan. Kamu anaknya ****** kan? jangan mentang kamu ya!” (dengan nada tinggi)

Njuz     : “Pak, njenengan (anda; bahasa jawa halus) nglanggar garis yang harusnya tidak     boleh dilanggar”

OTL     : “jangan mentang-mentang kamu ya? Saya orang sini. Kalau mau ribut saya tunggu di perempatan itu (ke timur sekitar 30meter, 7meter dari rumah dia).”

OTP    : “Sudah pak, saya mau sholat” *ngomong sama suaminya*

OTL     : “bentar bu, ini harus dikasih tau biar gak mentang-mentang”

Njuz     : “Ya sudah pak, nuwun sewu” *geleng-geleng*

"Ini orang kenapa? Daritadi kok ngomong mentang-mentang? Mentang-mentang apa maksudnya? Jadi orang kok Cuma setengah-setengah ngomongnya," pikir Njuz

Oke lanjut beli nasi goreng, bungkus, bawa pulang. Di tengah perjalanan pulang, saya dipanggil sama bapak-bapak di pinggir jalan. Ternyata ini orang tua yang tadi sempat adu mulut dengan saya. Wah wah disitu saya di ceramahin. Begini ceramahnya.
OTL     : “Kamu ini mentang-mentang anak muda ya! Saya ini masih sodara sama ibumu, saya kenal sama bapakmu. Orang tuamu baik-baik. Kok kamunya kayak gini? Kamu tu masih keponakan saya. Saya ketua RT disini, semua tahu siapa saya.” *dengan nada sombong*

Njuz     : *Berpikir cepat* Oh bapak saudaraan sama ibu saya ya? Pantas rasanya saya pernah mampir ke rumah ini. Bapak siapanya ibu saya ya? Kenapa bapak tidak ikut arisan trah kemarin?" *dan berbagai macam pertanyaan dan pernyataan saya lontarkan

Akhirnya tidak terjadi apa-apa di malam itu. Cuma adu mulut saja antara orang tua yang menjabat sebagai ketua RT dengan warga biasa yang seorang mahasiswa. Walau orang tua ini yang salah, namun dia tidak mengakui perbuatannya malah marah-marah. Namun apapun yang terjadi (khususnya di Indonesia) adalah orang tua selalu benar.

Saya cinta negara ini namun saya benci dengan segala macam ketololan warganya


Rv

No comments:

Post a Comment