Tuesday, January 7, 2014

KKL II road to Pantura part 2

Mungkin  banyak yang bertanya kenapa saya tidak update lagi. Saya  bukan sibuk bukan pula sok sibuk tapi memang keadaan saya yang memaksa saya tidak update. Modem saya saat ini Cuma bisa buka 11 situs populer. Dan saat saya update ini, saya sedang di rumah temen yang dipasangi wifi.

Baiklah saya akan melanjutkan cerita saya tentang KKL II road to Pantura. Sesampainya di Kudus langsung menuju rumah makan untuk dinner. Tapi sayangnya bukan dinner sama wanita tapi bareng cowok2 yang udah pada bau keringet karena gak mandi seharian. Hueeeek.

Selesai dinner langsung menuju hotel yang terletak tak jauh dari rumah makan. Begitu dapat kamar, saya pun bergegas masuk dan hendak mengambil posisi kasur. Tapi apa daya, para cecunguk-cecunguk langsung ambil bagian kasur dan nasib lagi-lagi tak berpihak pada saya. Saya satu ranjang dengan King of Fart, Hermawan. Bisa ditebak hal yang selanjutnya terjadi adalah PERANG KENTUT!! Ini lebih mengerikan daripada bom kimia yang diluncurkan Israel. Mungkin kalo Israel tahu tentang senjata berbahaya yang dimiliki oleh Hermawan, pasti Indonesia sudah diserang habis-habisan.

Pagi-pagi dengan muka kucel karena serangan bertubi-tubi, saya bergegas menuju kamar mandi untuk muntah sekaligus mandi.

Selesai mandi rombongan kami bergegas menuju masjid Kudus sekaligus makam Sunan Kudus. First sight impression ketika sampai di masjid ini adalah, Wow it’s amazing. Sambil mendengarkan penjelasan dari pemanduk sorak, saya melihat-lihat keindahan sekitar.

Selesai mendengarkan penjelasan tentang masjid dan menara Kudus, kami dibawa ke makam yang berada di sebelah masjid. Orang-orang berjubel memasuki makam Sunan Kudus dan kami hanya bisa sampai diluar makam Sunan Kudus yang juga terdapat makam-makam keluarga dan kerabat Sunan Kudus.

Oke. Selesai dari masjid Kudus perjalanan dilanjutkan menuju makam Sunan Kalijaga di Delanggu, Demak. Sekitar 1 jam dari Kudus.

Setibanya di lokasi Sunan Kalijaga, tampak lorong panjang yang membentang di depan saya. Lorong yang di isi oleh para pedagang penjual suvenir berupa kaos, pedang, alat-alat ibadah, dll. Fokus kawan!! Kita disini bukan mau belanja, tapi mau studi.

Masuk komplek makam Sunan Kalijaga, kami disambut oleh pemandu dan dipersilakan duduk di aula. Sembari mendengarkan penjelasan dari pemandu, ada kawan2 saya yang ndolani bocah. Saya sendiri sangat antusias untuk mendengarkan penjelasan dari guide namun yang saya ingat hanya beberapa hal saja, diantaranya bahwa Sunan Kalijaga berumur 131 tahun. Wow banget kan?! Dan hal lainnya tentang klenik/mistis. Diantaranya adalah makam Aryo Penangsang yang ada disini namun juga ada 2 makam Aryo Penangsang yang ada di daerah lain. Jadi menurut cerita bahwa Aryo Penangsang memiliki ilmu Rawa Rontek yaitu tidak bisa mati melainkan badannya harus dibagi 3 yang kesemuanya harus disebar dan apabila disatukan lagi maka akan dia akan bangkit. Syereeem.

 Dan ada juga cerita tentang orang penting ingin masuk makam Sunan Kalijaga namun bukan pada hari dimana makam itu dibuka, terjadi yang namanya mati lampu. Dan satunya lagi lebih parah karena mendadak buta walau kemudian pulih lagi. Hanya Tuhan yang tahu kuasa ini.

Tibalah saat kami untuk berkeliling di komplek makam ini. Dengan penasaran saya melihat  makam Aryo Penangsang. Wow biasa aja tuh makamnya. Gak keren-keren banget & gak ngeri-ngeri banget. Lanjut ke makam Sunan Kalijaga dan makam ini memang WOW banget. Dengan cungkup yang sangat besar dan para jamaah duduk memutari cungkup tersebut sambil membacakan kalimat-kalimat thoyibah.

Oh iya disamping makam ini ada mata air yang katanya bikin sehat. Well hal ini wajar saja karena air tersebut biasa “mendengarkan” kalimat-kalimat thoyibah yang di dendangkan oleh para peziarah. Oke saya mengaku kalo saya juga minum air ini.

Selesai dari makam Sunan Kalijaga, saya bergegas menuju bis untuk melanjutkan perjalanan ke Lawang Sewu, Semarang. Sekitar satu jam perjalanan dari Demak.

Ngggggguuuuuueeeeeeng....

Sampai di Lawang Sewu dan saatnya berfoto-foto. Guide disini hanya sebagai radio rusak alias gak didengerin. Kami terlalu sibuk berfoto2.

Bila datang ke Lawang Sewu jangan lupa untuk masuk ruang bawah tanahnya. Disana tempat para tahanan Belanda mendekam. Ada penjara jongkok dan ada penjara berdiri. Yang penjara jongkok itu biasanya dikasih air dan penjara berdiri itu berukuran 1x1meter di isi oleh 3-5 orang sekaligus. Ya kalian tahu betapa sempitnya penjara ini dan betapa kejamnya penjajah Belanda kepada kita. Eh ini bukan web propaganda lho. Ini hanya sebagai informasi saja kok.

Oh iya tanpa adanya kawan saya yang bernama Adi, saya mungkin tidak masuk ke dalam ruang bawah tanah ini karena saya gak punya uang sama sekali. Nuwun Di. Saat di ruang bawah tanah ini ada yang agak menyeramkan. Bukan karena hantu ataupun gelap, namun karena wanita-wanita dibelakang saya yang ketakutan. Mereka tidak bawa penerangan sama sekali. Hanya saya yang bawa HP buat penerangan. Hadeh.

Oke selesai dari ruang bawah tanah saatnya foto2 lagi dan memandang keindahan sekitar. Kali ini saya berkata WOOOOOW pucuk pucuk pucuk.. Ada dua model yang sedang menjalani sesi pemotretan dan mereka sexi abis. Tak tanggung-tanggung mereka hanya memakai pakaian yang minim sekali dengan warna yang menggairahkan. Sabun mana sabun???!!!!

Jadi waktu senggang untuk foto2 ataupun kegiatan lain ini di isi dengan melihat model sexi tersebut. Bahkan waktu jalan menuju bis kami masih melihat mereka foto2 di lokomotif depan Lawang Sewu. Sepertinya wanita-wanita ini lupa memakai penahan dada karena benda itu mental-mentul. Zzzzzz...

Waktu hendak keluar, saya melihat para fans Barcelona datang ke Lawang Sewu dan ini menarik perhatian saya karena wanita-wanita ini lumayan sexi. Eh kalian para wanita jangan berprasangka buruk dulu pada kami para lelaki ya karena kami mengagumi ciptaan Tuhan yang terpampang nyata di depan kami seperti halnya kalian para wanita yang terkesan kalo melihat cowok ganteng bawa mobil.

Oke lanjut perjalanan menuju rumah makan sebelum pulang. Sambil para mahasiswa membeli oleh-oleh untuk cemilan di kos. Dan disaat inilah pembagian tugas. Saya benci hal ini.

Well, ini adalah sepenggal cerita saya saat KKL di Pantura dan ini sangat menyenangkan. Suatu saat nanti ketika saya punya anak laki-laki, saya akan ajak mereka ke daerah Pantura untuk melihat bagaimana keelokan dan ke-eksotis-an ciptaan Tuhan yang ada di Pantura yaitu, Wanita.




 Rv