Tuesday, October 28, 2014

Demo Hardiknas & Demo Sumpah Pemuda


Lama sekali saya tidak menulis di blog tercinta ini. Sebenarnya ini tulisan udah berbulan-bulan yang lalu terbitnya, tapi karena keterbatasan waktu dan pikiran, akhirnya saya curahkan hari ini. Kebetulan saya tadi waktu pulang ketemu demo juga. Mangkel banget rasanya di hati. Jam 17.40 masih ada demo. Edan tenan to? Udah adzan maghrib tuh. Bareng sama waktu pulang beraktivitas. Jadi kondisi jalan lagi ramai-ramainya. Lewat Malioboro yang udah biasa macet karena buat mangkal taksi, becak dan sebangsanya, eh ada demo pula. Kampret tenan.

Oke flash back ke 2 Mei 2014. Diajak kawan buat ikut demo di Kepatihan. Wah sepertinya asik nih. Jarang-jarang saya meliput demo secara langsung. Biasanya cuma ngliput demo masak aja sama ibu-ibu dasteran.

Sip setelah sholat Jumat saya bergegas menuju Kepatihan. Jam 1 belum pada datang rombongan demonya. Sekitar jam 2an baru datang mereka di Kepatihan. Menyuarakan penghapusan PPG, UKT, Diskriminasi, dan lain sebagainya yang bias kita lihat pada gambar di bawah ini..

Tapi hey ada yang lucu. Hapus presensi 75% permintaan merekia. Haduh haduh. Ha mbok mending rasah kuliah deh neg kayak gitu caranya. Kalian tu mbayar buat dapat ilmu di kampus. Datang, duduk, dengarkan, pulang. Kalo Cuma mau bolos, mending kalian gak usah kuliah. Duit dari bapak-emak kalian itu dibikin usaha aja, kalian yang jadi bosnya. Mau usahanya libur atau tetep masuk, silahkan wong itu usaha milik kalian. Penak to?
ada orang kayak gini di rumahku udah ku hajar

Ada juga yang minta dilibatkan dalam semua regulasi kampus. Hmm. Baru tamatan SMA kok nggaya?! Kalo mau berorganisasi ya berorganisasi aja deh.


Oke setelah pembacaan orasi di halaman Kepatihan, pendemo ingin agar salah satu wakil rakyat datang menemui mereka. Dengan sedikit teriakan dari para pendemo, akhirnya salah seorang wakil rakyat keluar untuk menampung aspirasi pendemo.

Fiuh laper.
 Eh ada Cimol ikut demo

Oke, lanjut jalan menuju 0 kilometer. Disini saya mulai tidak simpatik dengan aksi orang-orang ini. Pertama-tama mereka menutupi separuh badan jalan padahal saat itu hujan. Macet? Pasti. Otomatis orang-orang yang pake sepeda motor kewalahan. Di malioboro ndak boleh stop untuk memakai mantol, pinginnya cepet-cepet sampe rumah tapi kehalang pendemo. Ayolah kawan, ini jalan raya. Tempat pejalan kaki ada di trotoar.

Setelah mencapai Gedung Agung, orang-orang ini berjalan sampai menutup seluruh badan jalan. Makin macetlah sudah arus lalu lintas.


Siapa yang marah-marah kepada mereka karena menutup jalan? Saya!
Siapa yang teriak-teriak menyuruh mereka membuka akses jalan? Saya!
Tidak takut mati dihajar para pendemo? Tidak. Yang saya takutkan adalah saya hidup selamanya.
Jangan dipikir dengan melakukan kesalahan secara komunal dianggap kebenaran.
Selama saya masih di koridor kebaikan, saya perjuangkan.

Tanggal 28 oktober 2014
Jam 17.15 saya baru pulang dari kampus. Jalanan lumayan macet hingga pada akhirnya muaaceett ketika saya sampai di Pasar Beringharjo. Bau-baunya gak enak nih. Mesti ada demo! Whoala benar saja tebakan saya. Ada kegiatan di 3 titik. Orasi di depan gerbang Gedung Agung, orasi di trotoar Gedung Agung, Orasi di tengah perempatan kantor pos. Yang paling fuck itu yang di tengah perempatan kantor pos. Membentuk lingkaran yang cukup besar sehingga memacetkan arus dari segala arah.

Kok ya ada ya orang kayak mereka? Demo. Memacetkan jalan. Teriak-teriak. Selo banget hidupnya. Ha mbok mending lakukan aksi nyata. Gak cuma demo yang merugikan mobilitas orang lain.

Saat saya melewati keremununan di tengah perempatan ada pendemo yang berucap “jangan biarkan lolos”, kemudian di ikuti pendemo lainnya yang bergerak melebarkan lingkaran. Wow. Jadi mungkin maksudnya kendaraan dilarang ke arah selatan menuju Alun-Alun Utara. Sambil berkendara pelan saya teriak “Bubar bubar!! Wis maghrib iki!.”

Gak takut dikejar? Ndak.

Kalian tu masih bisa kok kerja nyata. Tuh ada got yang bisa di bersihkan. Lho siapa tau kalian bisa jadi presiden. Lha wong orang yang sering masuk got aja bisa jadi presiden kok apalagi kalian nanti yang mau mbersihin got!!



Rv

Wednesday, August 13, 2014

Museum Permainan dan Seni Anak II


Kok saya cepet banget update? Kemaren update. Kemarennya lagi juga update. Wooo jelas. Lha wong saya pake komputer kok. Kalo pake lepi ya males banget rasanya. Baru dinyalain aja udah lag. Gimana kalo buka Google Chrome? Oh iya. Bagi yang belum tahu part 1 nya klik museum permainan dan seni anak

Hari-hari kami lalui dengan membenahi museum yang ada. Dari segi penempatan sampe segi penerangan. Kalo pas capek ya gitaran sambil nyanyi rame2 diluar museum. Seru ya? BUUAAANGEEET!!

Apalah arti museum tanpa promosi?! Maka sambil membenahi museum, kami pun bagi tugas untuk menyebar undangan ke TK dan SD yang ada di Jogja. Walaupun gak semua sekolah di Jogja, tapi cukup banyak undangan yang kami sebar. Well, Arif dibantu dengan saya nyebar undangan ke alamat yang tertera di surat undangan. Lucu juga karena udah puter-puter, ternyata beberapa sekolah yang di tuju sudah pindah alamat. Bahkan ada sekolah yang hendak di bangun jadi gedung. Woasyem.

Hari pertama itu pasti pembukaan. Pembukaan tanpa hiburan itu seperti makan sop pake sendok, biasa. Nah kalo pembukaan dengan hiburan itu seperti makan sop pake sumpit, seru!! Pembukaan pertama pasti dari kepala museum. Tapi sayang saya tidak punya fotonya. Langsung ke hiburan aja ya?! Acara hiburan di isi oleh Rivan and Friends Arif. Urutan lagunya apa aja ya? Pokokmen ada lagu Nusantara dari Koes Plus, Ayah dari Rinto Harahap dan Kemesraan dari Frangky Sahilatua/Iwan Fals. Setelah itu ada juga stand up comedy dari Damas Prasetyan. Dia gak usah ngomong aja udah pada ketawa kok.

Eh tunggu dulu. Hiburannya belum berakhir. Pak dosen juga request lagu dari padi judulnya Mahadewi. Selain itu pak dosen juga memberi doorprize kepada pengunjung yang beruntung untuk mendapatkan voucher karaoke happy puppy.

 Ganteng ya yang bawa gitar coklat?

Ini stand up comedy dari Damas

Besok mau q bikin band Duo Preman. Wahahaha

Ini pak dosen yang ikutan nyanyi

Saya gak tau ini poto kapan jadi asal taruh aja di sini 

Banyak mahasiswa yang datang untuk melihat pameran yang kami adakan. Guide kami sampe kelimpungan. Yupz. Apalah arti museum tanpa guide. Ibarat rumah makan tanpa pelayan. Setelah jam buka museum habis, dilanjutkan nongkrong di depan museum sambil gitaran dan nyanyi rame2.

Hari kedua nampaklah jelas bahwa museum sedang sepi. Hanya segelintir orang saja yang datang. Sambil menunggu pengunjung datang, kami bikin keramaian di depan museum untuk menarik pengunjung dengan cara gitaran.


Hari ketiga dan ke empat gak berbeda jauh. Masih gitaran sepanjang hari diluar museum. Hanya sesekali masuk museum dan memutarkan lagu anak-anak untuk pengunjung.

Siapa itu cewek yang depan sendiri? Jangan di ganggu bro. Itu calon pacarnya orang yang pake topi biru di bawah ini


Dan hati kelima usaha kami untuk manggil anak-anak TK terbayar. Anak2 TK datang di antar orangtuanya langsung. Woah keren banget ini TK. Saya acungi jempol buat sekolah yang mau mengajak muridnya untuk terjun ke lapangan, tidak hanya belajar di batasi tembok saja.

Terima kasih TK Happy Holly Kids




Hari ke enam masih ada lagi dari SD Samirono. Oh ya Tuhan. Terima kasih ada yang mau respon surat undangan kami dan datang untuk belajar dan rekreasi.

Terima kasih SD Samirono



Dan terima kasih juga untuk semua pengunjung yang menyempatkan waktunya untuk datang ke Museum Permainan dan Seni Anak. Kalau kalian tahu mainan-mainan itu dan pernah memainkannya, maka kalian sudah tua.



Ada Pembukaan pasti ada penutupan. Penutupannya nyeburin ketua museum beserta kroni2nya.











Rv

Tuesday, August 12, 2014

Kok Tidak Segera dipanggil?

12 Agustus 2014 lomba di Dinas Kebudayaan Yogyakarta

Karena ajakan dosen untuk mengikuti lomba, saya yang polos ini akhirnya terpancing juga untuk mengikuti lomba. Dengan syarat karya tulis dan segala tetek bengeknya. Oke. Beginilah saat hari dimana lomba tersebut dilangsungkan.

1 Hari dibagi dalam 4 sesi. Sesi pertama jam 8.00-10.00. Sesi kedua jam 10.00-12.00. Sesi ketiga jam 13.00-15.00. Sesi le 4 jam 15.00-17.00. Saya mendapat bagian di sesi ke 4 atau jam 15.00. Dikasih tau dosen saya untuk dateng sebelum jam 15.00. Oke jam 14.40 saya tiba di Dinas Kebudayaan Yogyakarta.

Begitu masuk ruang tunggu, ketemu deh sama bang Tampil si pemandu dari Museum Sandi. Kenalan juga sama orang namanya Okta lulusan FISIPOL UGM yang juga mengikuti lomba duta museum ini. Kayaknya asik ya, nunggu bareng-bareng di suatu ruangan terus pada ngobrol. 1 jam pertama asik memang. setelah itu masuk jam 16.00 saya udah mulai gusar. Kenapa nggak dipanggil-panggil? Padahal nomer urut saya ada di atas lho.

Jam 16.30 saya keluar ruangan dan bertanya kepada panitia, "yang maju nomer berapa mas?"
"Ini masuk pergantian sesi. Jadi pengujinya sedang pada istirahat."
What? Jam 16.30 baru ganti sesi dari sesi 3 ke sesi 4. Gila. Snacknya boleh saya ambil semua gak ini buat ngisi perut saya? Krucuk krucuk.

Bergegaslah saya meninggalkan tempat itu dan beli jajan diluar sekitar Dinas Kebudayaan. Ketemu deh warung minuman deket SMA Muhammdiyah 2 Yogyakarta. Sambil ngobrol ditemani segelas susu memang mengasikkan. Eh pas ngobrol-ngobrol kok ada orang bleyer-bleyer motor blombongan di deket situ. Langsung di kejar sama anak2 Muha deh. Untung gak ketangkep. Kalo ketangkep udah jadi rempeyek tu orang. Oh iya sekedar info aja penjual minumnya adalah lulusan FISIPOL UGM. Lulus tahun 2011.

Jam 17.10 saya kembali ke ruang tunggu. Harusnya sih sudah bubar untuk hari ini tapi kenapa selalu molor ya jam di Indonesia? Heran saya. Setelah di usut, ternyata hari kemarin pun selesainya jam 19.00. Aih Gusti tulung. Aku pingin mulih. Uwis ora sreg saya dengan keterlambatan ini. Udah males total, boring, capek, merasa dibohongi.

Begitu masuk waktu sholat Maghrib, istirahat lagi. Wah mantep banget deh. Brati sudah sekitar 3 jam saya menunggu. Tapi ternyata ada yang lebih lama dari saya. Ada mbak2 yang udah nunggu 5 jam. Mbak2 ini pun sepertinya juga udah mulai bosan dengan molornya jam lomba.

Jam 19.00 Akhirnya Sang Tampan pun di panggil masuk.
Jreeeng Jreeeng...
Hanya rasa ingin makan yang ada di kepala. Jam 14.40 datang di Dinas Kebudayaan, jam 19.00 baru dipanggil. Udah gak ada lagi semangat saya buat ngomongin museum. Ngomongin makanan malah saya tanggepi pak.

Harapan saya besok-besok tidak ada jam karet lagi di Indonesia. Yang telat haruslah kena hukum biar kita menghargai waktu. Karna waktu itu tidak bisa dikembalikan. 4 jam waktu saya untuk menunggu seharusnya tidak perlu ada apabila semua sesuai jadwal. Mentok-mentok ya 2 jam saya nunggu. Kalo ada yang jual waktu, saya belinya. Kalo panitia jual waktunya, biar saya yang beli.

Wal'ashr ~ demi waktu

Opo iki?

Ini mas Okta lulusan FISIPOL UGM

Suasana boring menghinggapi

 Daftar Hadir
Suasana di depan aula



Rv

Friday, August 8, 2014

Pengalaman Pahit di Nusakambangan, Cilacap

5 agustus 2014 saya dan pacar pergi ke pantai Teluk Penyu, Cilacap. Sampai disana kami ditawari seorang warga setempat untuk ke pantai Nusakambangan dengan naik perahunya seharga 50 ribu dengan perjanjian di antar sampai pantai Nusakambangan dan akan di jemput saat kami beri kabar ke nomor 081903479786.

Sekitar jam 11 kami berangkat, dengan dinahkodai orang yang berbeda dengan orang yang menawari kami perahu. dan sampai disana nahkoda kami berkata “Nanti bilang ke petugasnya kalian naik perahu Mekar Mulya”. Kami ke loket untuk membeli tiket dan ditanya naek perahu apa. Kami jawab Mekar Mulya sesuai instruksi nahkoda kami dan di tiket kami pun ditulis Mekar Mulya. Kamipun masuk dan menikmati suasana Nusakambangan. Sekitar jam setengah 1 kami mau pulang dan menelepon nomer yang diberikan tadi kepada kami jam 13.56. Kata yang mengangkat telepon, perahu sedang dalam perjalanan. Oke kami tunggu. 1 jam kami tunggu sampai saya harus telepon nomer tersebut berkali-kali tapi tidak di angkat juga. Sampai akhirnya jam 4, saya putuskan naik perahu lain saja karena kami sudah menunggu terlalu lama.

Akhirya kami pakai perahu Cakra Buwana untuk kembali ke Cilacap dan membayar 10 ribu per orang. Di tengah perjalanan saya ngobrol dengan nahkoda Cakra Buwana.

N : Nahkoda
S : Saya

N : Nama perahunya apa mas yang tidak mau jemput?
S : Mekar Mulya pak. Kalo seperti itu kasusnya bisa dilaporkan tidak pak? Dan dilaporkannya dimana?
N : Harusnya tadi pak yang laporan di loket Nusakambangan. Nanti di tegur sama Kodim disana dan akan di beri perigatan. Mulya Mekar kan perahunya?
S : Oh tau gitu saya laporkan ya tadi. Mekar Mulya pak perahu saya.
N : Kalo pas liburan gini memang banyak nelayan yang alih profesi jadi tukang antar ke Nusakambangan mas. Biasanya perahu mereka tidak ada bendera oranye mas. Kalo ada bendera oranye berarti itu legal. Tadi perahu masnya ada bendera oranyenya tidak?
S : Wah saya lupa pak. Tapi yang pasti tempat perahu kami yang paling pojok pak.
N : Oh yang paling pojok utara itu ya? yang deket posko polisi? Wah saya ndak kenal mas kalo orang yang ada di utara. Saya labuhannya di selatan.
S : Iya pak deket posko polisi.
N : Ya udah mas. Tidak apa-apa. Jadikan pengalaman
S : Nggih pak.

Setelah kami berlabuh di Teluk Penyu, kami harus jalan jauh ke utara untuk mengambil motor kami yang kami parkirkan di dekat perahu Mekar Mulya. Dan akhirnya kami bertemu lagi dengan dua orang itu lagi si nahkoda dan marketing. Si marketing cuma cengar-cengir tanpa dosa, “naek apa mas baliknya?” saya jawab “naek Cakra Buwana bayar 10 ribu per orang, mana tanggung jawab kalian?” Nahkoda menjawab “perahunya mogok.” Saya tanya “kenapa saya telpon berkali-kali tidak di angkat?” Nahkodanya cuma cengar-cengir doank. Saya pun pergi karena ini kandangnya dia dan kandang saya 200 kilometer dari sini. Kalau ini dekat dengan kandang saya, dengan senang hati saya ladeni. Saat saya mau pergi, saya baru tahu ternyata nama perahunya bukan Mekar Mulya tapi Mulya Mekar. Sepertinya mereka sengaja membalikkan nama untuk mengelabui petugas apabila ada laporan.

Saya sarankan kalo mau ke Nusakambangan jangan naik perahu Mulya Mekar yang ngetem di pojok sebelah utara.

Ni bukti-buktinya





Ini foto penipu dan kapalnya





Rv

Saturday, June 7, 2014

Museum Permainan dan Seni Anak I

Prolog

Menunggu lama di Museum Pendidikan Indonesia untuk kuliah Museologi. Akhirnya kawan-kawan bikin keributan alias di ruangan Museum. Begitu ribut-ribut terdengar nyata dan terbendung lagi, barulah datang dosen pengampu dan bilang “Kalian salah ruang. Kuliahnya di lantai 2 ruang sidang, bukan disini.”

Jelaslah sudah ternyata kami menunggu durian runtuh. Begitu ada suara ribut banget baru deh runtuh itu durian.

Oke di dalam ruang sidang mulailah pertanyaan macam-macam tentang museologi dan pertanyaan yang masih saya ingat adalah ketika dosen bertanya “Siapa yang niatnya mengejar lulus dalam mata kuliah ini? Jujur saja”

Tanpa ragu-ragu, penuh keyakinan dan keimanan disertai kepolosan saya pun angkat tangan. “Kamu saya kasih nilai D mau?” Tanya dosen tersebut. Kampret.

Oke berhubung memang tidak ada lagi materi untuk kuliah museologi kami pun usul membuat pameran/museum kecil-kecilan. Museumnya diberi nama Museum Permainan dan Seni Anak.

Permainan dan seni anak? Ya tentu saja ini berkisahkan tentang permainan dan mainan anak-anak. Plestesen termasuk? Enggak karena harusnya plestesen itu untuk ukuran remaja ke atas.

Pengumpulan mainan dari kawan-kawan kelas pun dilaksanakan. Hasilnya cukup banyak. Cukup banyak yang rusak maksud saya. Berhubung masih kurang banyak, maka kami pun segera melakukan perburuan mainan.

17 Mei 2014
Kumpul jam 8 di Museum Pendidikan Indonesia untuk berburu mainan tradisional di Kampung Dolanan daerah Sewon mBantul. Yang ikut dalam ekspedisi ini adalah mbak Rara, mas Rahmat, Cicil, Cinta, Desti, Fakhrudin, Arif, dan tentu saja Rivan si Tampan.
Allright. Berhubung ada yang punya mobil, kamipun berangkat naik mobil. Mobil sport 2 pintu bro.

Kalo pake gituan sekalinya ngepot bisa terbang semua penumpang di belakang. Suara Ninja blombongan pun  bisa kalah sama mobil ini jika di geber. tronk.. tonk.. tonk.. tonk.. tooooonkkk.. mak pffft.. Macet. Oke turun. Ayo dorong.

Ahaha. Bercanda. Mobilnya avanza kok. Mana mau saya naek trontong duduk di belakang pake helm. Belum lagi kalo ujan kudu pake mantol segala. Ha mending naek motor sekalian.

Oke setelah berkumpul semua, ekspedisi pun dimulai. Dengan suntikan makanan yang ada di mobil, semangat saya jadi membara. Perjalannya kurang fast and furious. Saya pikir dengan mesin 4 silinder terus bisa kenceng banget dan ngepot-ngepot kayak di film-film. Ternyata all on all on what on clark on.

Oke. Setelah putar-putar (baca : kesasar), akhirnya kami menemukan Kampung Dolanan yang memang lokasinya agak ndelik dari jalan utama. Kesan yang pertama kali melintas di benak saya adalah.... kok biasa? Mana mainan-mainannya? Kenapa cuma ada anak-anak TK disini?

Akhirnya setelah diberitahu arah letak pengrajin dolanan, kamipun kesana. Ternyata pengrajinnya ada sekitar 7 orang dan kesemuanya sepertinya sudah tua di liat dari namanya yang masih banyak menggunakan huruf “O”. Lho kok tau nama-namanya? Yaiyalah wong ada papan petunjuknya kok.

Dimanapun tempatnya, bagaimanapun situasinya, apapun keadaannya sempatkanlah foto-foto walau hanya dapat 10an foto.


Sampai di rumah salah satu pengrajin mainan, kamipun membeli sejumlah mainan tradisional yang simbah bikin. Jujur aja pas disini dan liat mainan karya simbah tu pikiran saya melayang-layang diwaktu saya masih unyu-unyu, umbelen, dan polos. Masa kecil yang menyenangkan sekali tanpa ada beban.



Sambil simbah berkarya, kawan-kawan yang lain bernostalgia dengan mainan-mainan yang pernah mengisi hari-hari mereka saat kecil.

Puas bernostalgia, kamipun pamit pulang dengan membawa mainan seabrek.

Dadah Kampung Dolanan. Lestarikan selalu mainan tradisional kita.
Bersambung....



Rv

Friday, May 9, 2014

2 Hari Yang Melelahkan

Akhirnya saya punya bahan untuk menulis lagi. Tentang demo hardiknas? Pengennya nulis yang itu, tapi potoshopnya belum jadi. Ya udah nulis yang gak perlu potosop aja.

7 Mei 2014

Hari Rabu kuliah Museologi di MPI. Sebagai seorang yang perfeksionis, apabila kuliah jam 8.50 maka saya berangkat jam 8.30 biar gak telat. Mandi sudah, make-up oke, sepatu kinclong, nyetater motor dan berangkatlah saya jam 8.30. Eeeee baru perjalanan 100meter kok ada bau ayam goreng. Ya sudah mampir bentar deh maem dulu. Alhasil, perfeksionis hanya ada dalam kamus saja karena sampe kampus jam 9.10.

Parkirkan motor di depan museum, melangkah masuk dan mas-mas yang duduk di resepsionis bilang “mas motornya agak dimundurin, ngalangin jalan”. Dari tadi kemana aja njenengan mas-mas penjaga? Saya tu markir motor gak langsung mattin motor, kunci stang, bablas gitu aja. Saya tadi ngukur-ngukur, ngalangin jalan gak motor saya. Begitu udah di ukur, masuk museum baru di ingetin. Lak yo wedhus tenan to?! Nduwe tempat parkir wae ora kok ameh maju museum e.

Akhirnya saya pergi keluar lagi buat mundurin motor dikit biar ngasih jalan depannya yang seharusnya bisa lewat dengan kondisi seperti itu. Ngalah aja sih kalo saya. mundur sekitar 2 meter, eh mas-masnya keluar sambil berkata dengan nada yang agak tidak menyenangkan “mundur kesana lho mas belakang sendiri”. Eh buset saya suruh parkir di deket trotoar? Kenapa gak kamu suruh saya pulang aja atau nyuruh saya buat sarapan ayam goreng lagi di deket rumah? Ya sudah terpaksa saya jawab “katanya mundur dikit buat ngasih jalan?”  Eh dianya juga gak mau ngalah, jawabnya “mundur kesana mas belakang motor itu atau kalo enggak di parkiran motor UPT.”
Mau maju kok pelayanannya menyebalkan?!

Oke saya mengalah untuk ke parkiran motor UPT. Berjalan kaki dan membayangkan betapa enaknya di ruangan AC sambil duduk-duduk. Welhadalah. Di jalan ketemu kawan-kawan malah di ajak survei tempat.
Bajiguri, aku meh lungguhan ngadem ki.

Has gak papa dengan santai saya dkk survei lokasi museum yang bisa buat pameran. Setelah cocok, baru masuk ruang kuliah dan bersantai.

8 Mei 2014

Karena saya seorang perfeksionis. Alah gak usah di ulang lagi lah. Kejadiannya sama kayak yang di atas, sarapan dulu walaupun waktu udah mepet. Menuju ruang Ki Hadjar, sesampainya disana kok seperti kuburan? Mana teman-teman? Gak jadi seminar kah? Setelah saya cek SMS, ternyata ruangannya di Auditorium. Ealah kampret tenan. Pancal motor menuju komplek rektorat. Sampai di rektorat langsung menuju lantai 2 dan banyak sekali mahasiswa dari FIP, FIS, FBS, FE, FK, dll. Langsung menuju bagian absensi FIS dan.... Mana nama saya? Kok ndak ada di absensi? Nama kawan-kawan saya mana? Ini seminar Historiografi apa seminar MLM? Saya dengan ikhlas pergi dari sini kalo ini seminar MLM.

Selidik punya selidik ternyata saya salah gedung lagi. 4 tahun saya hidup di kampus dan baru kali ini kesasar terus menerus. Mending kalo 1x kesasar, lha ini 2x dalam 1 waktu je kayak minum obat.

Akhirnya setelah mondar-mandir di kampus selama setengah jam, saya menemukan apa yang saya cari. GEDUNG AUDITORIUM. Dan seminar Historiografi pun dimulai.

Malu bertanya, kesasar di jalan. Banyak tanya, disasarin orang.



Rv

Wednesday, April 30, 2014

Mahasiswi Pantura

Di hari yang cerah atau lebih tepatnya terik tanpa awan yang menghalangi sinar mentari, saat itulah yang tepat untuk mendinginkan diri di ruang kuliah. Dengan AC yang sejuk dan sepoi-sepoi hingga membuat tidur. Tangga yang terjal kulewati demi nikmatnya tidur siang belajar.

Begitu masuk kelas.... Kok ada penyanyi dangdut pantura disini? Rambut disemir pirang, wajah mengkilap macam kecoa, alisnya tebel banget kayak aspal Indonesia yang sering ditambal. Wah jadi keinget artikel saya yang road to pantura.
Ah tak ambil pusing saya dengan mahasiswi baru itu. Mungkin mahasiswi pindahan seperti saya. hahaha. Curhat terselubung.
Tapi bedanya, dia baru masuk udah dikerubungi sama temen2. Lha dulu saya masuk pertama kali, pada ngindarin saya. Brengsek..
Oke seperti biasa saya ambil tempat duduk di tengah, posisi tangan sedakep di atas meja, kepala diletakin di atas tangan. Istimewa banget posisi ini. Sambil nunggu dosen.
Oke. Setelah menunggu sekian lama, dosennya ternyata berhalangan hadir. Yeeeees...

Hari-hari kuliah seperti biasa saya jalani. Yang beda adalah ketika ada orang Pantura ini. Menyebalkan sekali karena sering menyela pembicaraan kawan-kawan yang sedang diskusi ataupun dosen yang sedang menerangkan. Rasanya pengen saya lempar aja itu anak dari lantai 2. Toh gak mungkin mati, paling cuma mental-mentul wong lemu kok.
Wuitz. Tapi tunggu dulu. Kenapa dosen banyak yang kenal sama orang ini? Sebegitu terkenalkan anak ini? Atau hanya gara-gara rambutnya yang nyentrik para dosen jadi kenal dia? Kalo saya lempar dia dari lantai 2, saya bakal di lempar dosen gak? Hmmm.

Waktu berlalu dan saya mendapatkan tugas kelompok berkunjung ke museum Perjuangan satu kelompok dengan Benny, Tia, Cicil, dan Arawinda. Ada yang belum kesebut? Udah semua kan? Oke. Nama terakhir itulah nama mahasiswi yang belakangan saya tahu berasal dari Kebumen dan besar di Pati. Wolha pantas penampilannya macam penyanyi dangdut.

Pulang observasi kami kumpul dulu di warung depan museum Perjuangan sambil bercengkrama dengan pemandu museum bang Tampil (museum Sandi) dan pak Amat (museum Perjuangan).
Sambil ngobrol santai saya mulai tahu ternyata Arawinda ini kerja di UNESCO dan kuliah di Leiden, Belanda, dengan gratis. Edyan. Iri saya sama orang ini. Umur masih di bawah saya tapi otaknya luar biasa. Irinya sama persis seperti waktu saya liat vidionya Sungha Jung di youtube.
Kak Rara, begitu panggilannya, adalah mahasiswa UNY angkatan 2009 dan mendapatkan beasiswa untuk studi di Leiden. Ambil Arkeologi di belanda dan dapat kerja pula di UNESCO dengan gaji yang tidak sedikit serta dinas ke luar negri. Ups keceplosan. Pada saat makan di warung depan museum, dia yang bayar semua. Dari es teh sampe makanan. Khusus jus di belin bang Tampil. Padahal saya ambil makannya buaanyak banget dari nasi, sop, bandeng, galantinnya dua. 4 orang habis 60rb. Ayeee. Jangan salah ya, kurus-kurus begini tapi kalo makan saya jagoan.
Hmm. Kalo cuma makanan kayaknya kurang membuktikan ya kalo dia sugih dan sudah berkeliling dunia. Oke. Hal berikutnya yang bikin saya tercengang adalah ketika dia pergi ke Singapura.
Ah paling hanya bualannya saja. Itulah yang ada di pikiran saya.
Sepulang dari Lionpura, kak Rara bawa coklat sama rokok yang gak ada tulisan MEROKOK MEMBUNUHMU. Waiki positif rokok luar. Oke saya percaya dia staff UNESCO yang tugasnya emang dolan-dolan keliling dunia. Edan penampilan Pantura tapi kuliah di Belanda. Bahkan akhir-akhir ini warna rambutnya juga ganti warna jadi ungu. Dia kalo di bawain microphone pasti cocok banget kayak Mela Barbie atau semacamnya.

Saya tidak bisa bercerita banyak tentang kisahnya karena saya tidak banyak mendengar kisahnya dan juga dunia arkeologi itu rahasia sebelum terungkap semuanya.

Well, jangan menilai orang dari penampilan luarnya, tapi penampilan yang menarik adalah kesan pertama. Saya menilai kak Rara itu penyanyi Pantura tetapi setelah kenal, dia ternyata mempunyai otak yang lebih cemerlang dari penyanyi Pantura lainnya. Eeeehhh..


Tunggu kami kak. Kami pasti bisa menyusulmu pergi ke luar negri asal gak jadi TKI aja.
HNR 2012.



Rv

Thursday, April 24, 2014

Kado

Bagi kalian pembaca blog ini bisa saya pastikan pernah menerima yang namanya kado. Entah itu waktu ulang tahun, sunat, lahiran, ataupun perayaan-perayaan lainnya. Gimana rasanya dapat kado? Asik ya pastinya? Begitupun saya yang selalu menerima kado dari sahabat-sahabat saya saat ulang tahun. Mereka pun juga mendapatkan kado dari saya ketika mereka ultah. Entah sejak kapan tradisi ini berlangsung tapi ini sungguh mengasikkan. Bagaimana capeknya mikir mau ngado apa, dimana carinya, dan ketika target membuka kado maka rasa puaslah yang ada dalam jiwa. Tak peduli seberapa mahal, tak peduli seberapa mewah, tak peduli cantik tidaknya bungkus kado tersebut, tetap saja diterima dan senyumnyalah yang ditunggu.

Tradisi yang saya lestarikan bersama sahabat-sahabat saya dimulai ketika mereka memberikan kado boneka Upin Ipin. Saya tak tahu kenapa mereka ngado saya boneka lucu tersebut. Atau memang karena saya lucu ya? Atau wajah saya baby face? Entahlah. Dilihat dari kadonya saya yakin itu tidak mahal. Tapi yang dipentingkan disini bukan mahal tidaknya sebuah kado, tetapi kebersamaan. Bagaimana kami bisa akrab sampai sekarang padahal kami teman satu SD. Biasanya teman SD itu paling susah bersatu tapi kami lain. Kami sampe sekarang masih tetep bersama dalam keakraban dan tradisi ngado ultah juga sebagai salah satu yang mempererat persahabatan kami.

salah satu kado dari sahabat-sahabat saya

Begitupun ketika saya di ceburin ke pantai sama kawan-kawan kelas B Pendidikan Sejarah 2012, itupun juga sebuah kado bagi saya. Menyenangkan walaupun akhirnya masuk angin karena cuma bawa 1 celana. Hahahaha..

Dulu saat saya ulang tahun ke 19 atau 20 kalau tidak salah, saya mendapat kado sempak dari mbak saya. Dia tahu apa yang saya butuhkan karena lihat jemuran saya yang banyak sempak bolong tergantung di siang bolong dan itu tidak mahal saudara-saudara. Kalau kalian lihat sempak-sempak yang ada di toko-toko, cukup dengan selembar uang bergambar Soekarno-Hatta, sudah bisa membawa 1 pulang bungkus sempak ber merk crocodile saat ini. Kalo jaman saya umur 19? Wah Soekarno-Hatta bisa bawa pulang 2 bungkus sempak crocodile. Mohon maaf untuk kado yang ini tidak bisa saya tampilkan gambarnya.

Mahal-murah, cantik-jelek, mewah-sederhananya sebuah kado, itu tetaplah kado. Hargai kado itu, rawat pemberian itu, simpan di tempat yang kering dan jangan terkena matahari langsung.

Dengan diberikannya kalian kado oleh orang-orang, maka itu pertanda kalian masih disayang dan diperhatikan.



Rv