Thursday, May 9, 2013

Buruh Nasibmu... (part 2 - selesai)

Di kuliah Njuz terdapat makul Kewirausahaan. Kewirausahaan ini diharapkan mampu untuk mengantisisapi gagalnya alumni S1 menjadi guru. Tak bisa dipungkiri hidup itu butuh uang. Uang bukanlah segala-galanya tapi tanpa uang kita bukan siapa-siapa. Dengan kewirausahaan diharapkan kami bisa mencari uang tanpa jadi guru.

"Njuz, hubungannya apa paragraf pembukaan tadi dengan artikel kemaren?"
"Ndak ada hubungannya. Horeeeee."

Bercanda. Jadi dulu Njuz pernah baca buku karangan Robert. T. Kiyosaki. Bukan Kinaryosi lho. Judul bukunya "Rich Dad, Poor Dad". Ceritanya itu tentang 2 keluarga yang memiliki masing-masing 1 anak lelaki dan kemudian kedua anak ini menikah. Hmm. Fuck. Ceritanya bukan gini. Ulang! Ulang!

Ayah pertama mengajari anak dengan cara "sekolah yang baik, dapat nilai yang baik, dapat pekerjaan yang baik". Seperti dokter atau pengacara.
Ayah kedua mendidik anaknya dengan "sekolah yang baik, dapat nilai yang baik, dan jadilah pengusaha yang baik."

Dan hal macem tu dibahas lagi di kuliah kewirausahaan. Kami dididik tidak untuk menjadi pekerja. Kami dididik menjadi pengusaha. Kami dididik untuk "tidak bekerja untuk uang tetapi uang bekerja untuk kita"

Njuz dulu waktu SMA juga tidak paham dengan konsep seperti itu. Bagaimana cara uang bekerja untuk kita? Uangnya bisa jungkir balik gitu? Dan setelah perjalanan panjang ke Barat, akhirnya Njuz paham dengan konsep tersebut. Jadi intinya kita harus bangun aset agar kita tidak mengejar uang tapi kita yang dikejar uang. Seperti ini contohnya, katakanlah Njuz punya pabrik kondom yang besar dan memiliki karyawan yang bejibun. Karena kehidupan sex bebas ABG yang makin menggila, maka produk Njuz laku keras. Njuz sakit atau mbolos masuk kantor pun ndak jadi soal wong itu pabrik punya Njuz dan karyawannya pun tetap bekerja lagian prduknya laris. Njuz masih nerima uang dari penjualan berbagai macam peralatan tempur tadi. Dari yang getar, rasa stroberi, rasa apel, rasa duren, sampe rasa salak laris manis. Duit dari penghasilan ini nantinya bisa untuk bangun pabrik 1 lagi. Nah macem itulah contohnya yang "uang bekerja untuk kita".

Sekarang coba kalo posisi Njuz di tempatkan pada karyawan pabrik kondom tersebut. Mau sakit, mau kecelakaan, mau mbolos, kalo namanya ndak masuk tetep aja ntar potong gaji. Jadi kerja itu cuma buat dapetin uang, bukan untuk membangun aset.

Katakanlah gaji karyawan 1juta/bulan. Kebutuhan makan dia sehari katakanlah 15rb/hari jadi 450rb/bulan. Sisanya 650rb. Uang transport katakanlah 5rb/hari jadi sebulan 150rb. Tinggal 500rb. Ntar kalo dia tiba-tiba sakit potong biaya dokter 50rb. Tinggal 450rb. Nah terus kalo dia udah punya istri, tuh uang pasti juga ada donk yang buat nyenengin istrinya. Kalo yang punya pacar juga pasti gitu. Nah beda halnya dengan yang jomblo. Uang sisa tadi biasanya buat hura-hura.

Yang jomblo mana suaranyaaaaaaaa??!! Modaro salahe jomblo!!

Uang sisa tadi juga bisa lho buat ngantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan seperti motor macet, ban kempes, rante copot, dll. Jadi uang tu cuma muter terus tanpa berhenti jikalau tak ada niatan untuk dihentikan.

Pembaca sekalian yang Njuz sayangi. Perlu diketahui bahwa perbedaan karyawan/buruh dengan pengusaha/pemimpin itu terletak dalam banyak hal, seperti ; keberanian dalam mengambil peluang yang ada, kejelian dalam mengambil peluang yang ada, dan pengelolaan keuangan.

Jangan nabung di Bank kalo ndak mau uang anda habis. Belilah emas atau putar uang yang anda miliki untuk mendapatkan lebih. Dosen Njuz bilang uang yang ditabung di Bank itu nantinya akan di utangkan kepada pengusaha untuk memperbesar usahanya.. Hmm.. Masuk akal.

All right jika kalian memang sudah berusaha untuk berdikari/wirausaha dan berhenti menjadi karyawan, kalian adalah orang yang merdeka. Jangan patah arang apabila kalian masih belum berhasil di usaha kalian, karena berhasil dan gagal itu 1 paket. Alami dulu kegagalan baru berhasil lebih baik daripada berhasil dulu baru mengalami bangkrut.

Akhir kata, HIDUP KADANG DI ATAS, KADANG DOGGY STYLE..



Rv

No comments:

Post a Comment