Dawud,
itulah nama teman saya versi Islam. Dia adalah seorang peternak dan pemilik
penginapan. Peternakannya luas dan penginapannya pun begitu. Di penginapan
tersebut tidak menyediakan seorang pelacur tetapi banyak pelacur. Eh.. maksud
saya ditempat itu tidak menyediakan pelacur tetapi bila ingin pelacur bisa
menghubungi kawan saya ini dan nanti akan segera dicarikan.
Mungkin saya terlalu vulgar ya menyebut pelacur? Oke. Ganti saja menjadi WTS. Para WTS itu umurnya bervariasi. Ada yang 20th, ada yang 24th, bahkan ada yang 34th. Kaget? Enggak kaget? Oke. Disana ada juga pelacur yang masih berumur 15th. Kaget kan? Masih belum kaget juga? Baiklah. Tarif rata rata WTS untuk short time minimal 1 juta belum termasuk kamar. Wahahaha. Pasti kalian kaget ya? Jujur aja deh. Saya pun kaget kok melihat tulisan saya menyoal harga 1 juta. Sebenarnya saya salah ketik tadi. Rata rata tarif mereka untuk short time itu sekitar 200rb. Murah kan? Yups. Sangat murah. Padahal dengan umur mereka yang masih sangat muda belia itu masih bisa di manfaatkan untuk harga yang lebih mahal.
Tapi kenapa tarif mereka bisa murah gitu? Saya juga tidak tahu. Mungkin
karena mereka memakai prinsip orang China. “untung dikit gak papa yang penting
banyak pelanggan”. Emang mereka modal ya jadi WTS? Sepertinya Cuma modal
ngangkang aja deh, gak lebih. Kalo enggak ya modal bisa njilat lollypunk.
Stop
dulu paragraf di atas. Ntar pada prrotes blog ini terlalu vulgar.
Gak
seru ya kalo gak dilanjutin?
Oke..
Lanjuuuut..
Dimana
ada gula, disitu pasti ada semut. Itulah peribahasa yang tepat untuk hal ini. Dimana
ada lelaki berduit pasti disitu ada.wanita penghibur. Hal itu sudah menjadi
kebiasaan dimanapun. Mau di desa, kota, atau bahkan di kampung. Sesuai juga
dengan prinsip KEADILAN SEXUAL BAGI SELURUH RAKYAT YANG BER-UANG..
Rv
ini yg dibahas di t4 maem tadi :D
ReplyDelete