Monday, December 2, 2013

KKL II road to Pantura part 1

Hai hai hai. Kembali lagi bersama saya R. Harvin Alfan si Tampan nan Rupawan. Panjang banget ya nama saya? Itulah sebabnya saya agak lama pas ngerjain Ujian Nasional karena nglingkarin nama setengah jam sendiri.

Oke. Kali ini saya akan bahas tentang KKL II road to Pantura. Jika kalian denger Pantura, apa sih yang ada dibenak kalian? Jalan yang rusak? Kura-kura (truk)? Pantai sepanjang perjalanan? Dangdut koplo? Atau wali songo?

Jika kalian menjawab jalan yang rusak, maka kalian sering lihat berita. Jika kalian jawab kura-kura alias truk, berarti kalian agak dendam sama kendaraan ini. Jika kalian menjawab pantai sepanjang perjalanan, berarti kalian belum pernah melewatinya. Jika kalian jawab dangdut koplo, maka otak kalian otak cabul. Namun jika kalian menjawab wali songo, maka kalian luar biasa dan silakan masuk pendidikan sejarah UNY.

KKL II diselenggarakan pada tanggal 30 November s/d 1 Desember 2013 dengan tujuan Kuil Sam Poo Kong, Masjid Agung Demak, Makam Kalinyamat, Pantai Bandengan dan hari  berikutnya di Masjid Kudus, Makam Sunan Kalijaga, Lawang Sewu. Namun berhubung ada kendala Pantai Bandengan dihilangkan dari jadwal dan di ganti dengan rumah dan museum R.a Kartini di Jepara.

Pada awalnya saya berniat untuk melakoni KKL II dengan naik motor dikarenakan saya mabuk ketika naik bis dan tidak ada biaya. Alasan kedua adalah alasan paling mendasar untuk saya bermotor ria. Hahaha. Namun berkat sokongan finansial dari kawan-kawan kelas B 2012 Pendidikan Sejarah UNY, maka saya dipastikan ikut naek bis. Terima kasih keluarga pendidikan sejarah non reguler 2012. I love you all. Semoga Tuhan membalas jasa kalian.

Oke. Cukup terharunya. Kita lanjutkan dengan awal mula perjalanan KKL II. Tanggal 30 November jam 01.55 WIB alarm dengan nada Heavy Rotation milik AKB48 membangunkan saya dari mimpi indah. Mungkin tampang saya heavy metal tapi hati saya tetep heavy rotation. Hahaha.

Bergegaslah saya mandi di pagi buta. Selesai mandi saya minta diantarkan mas saya menuju kampus sekitar jam 02.30 naek motor Honda FIREBLADE. Eeeee 200 meter sebelum kampus ban belakang motor malah bocor. Ya sudah terpaksa deh saya jalan kaki dan mas saya pulang dengan kondisi ban bocor. Baru juga jalan kaki bentar saya jatuh ke selokan. Jiaaaan wedhus balap!!!

Oke skip skip. Jam 04.15 kami berangkat menuju kuil Sam Poo Kong. Sampai disana sekitar jam 08.30. Tidak apa-apa walaupun waktunya sedikit meleset dari jadwal. Saatnya makan pagi dan kemudian di isi penjelasan oleh guide kuil. Pada awalnya bangunan tersebut sangat dekat dengan pantai, namun karena satu dan lain hal maka pantainya menjauh dan sekarang menjadi daratan. Perlu di ingat bahwa yang didirikan dulu bukan kuil tapi Masjid karena laksamana Cheng Ho adalah seorang muslim.

Di tempat ini ada patung Cheng Ho setinggi 7 meter dan berbagai macam patung-patung lainnya. Ada juga kuil Yin Yang. Ah jangan kalian tanya kuil itu untuk apa karena saya tak tahu. Saya lebih memilih untuk poto-poto. Jangan kalian pikir cuma saya yang poto-poto. Ada banyak mahasiswa yang poto-poto di komplek kuil yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu disini.

Oke skip lagi. Ketika jam menunjukkan pukul 10.00 maka berangkatlah kami menuju Masjid Agung Demak. Konon ceritanya masjid ini dibangun hanya dalam waktu 1 malam saja oleh wali songo. Sampai disana sekitar jam 11.00. Di tempat ini kami langsung disuruh menuju ke komplek makam Raden Fatah atau Sultan Demak pertama. Di komplek ini terdapat beberapa makam yaitu makam Pati Unus dan Trenggono yang juga merupakan Sultan Demak. Ada juga makam kurang lebih sepanjang 3 meter yaitu makam Darmo Kusumo kalo gak salah. Diyakini makam tersebut adalah makam Raja Brawijaya V (raja Majapahit) yang  sudah memeluk agama Islam.

Merinding saya ketika berada di tempat ini. Bukan karena takut tapi karena banyak sekali peziarah yang datang dan serentak bersholawat. Selesai dari makam, rombongan menuju ke museum Demak yang berada di sebelah masjid Agung Demak. Di museum ini terdapat saka tatal atau tiang penyangga masjid yang diberikan oleh Sunan Kalijaga. Saka tatal ini bukan merupakan tiang utuh, namun tiang yang terdiri dari beberapa kayu yang di sambung dan di ikat hingga menjadi tiang 17 meter (kayu utuh 11meter, tatalnya 6meter).

Puas bermain studi di Demak, rombongan pun menuju rumah R.a Kartini di Jepara. Sampai di Jepara hari sudah sore dan kami hanya sebentar saja disana. Hanya melihat-lihat kondisi rumah Kartini di Jepara dan mendengarkan penjelasan dari guide. Jujur saja saya tidak terlalu tertarik disini tapi begitu dapet tugas, dapetnya tentang R.a kartini. Madafaka.

Dari rumah Kartini, kami bertolak menuju museum Kartini yang jaraknya jaauuuuuuuuh banget dari Jogja tapi sangat dekat dari rumah Kartini kira-kira 100 meter.

Di museum ini kami dipandu oleh guide yang menjelaskan berbagai macam hal. Dari R.a Kartini dan keluarga serta perjuangannya sampai dengan penemuan-penemuan di Jepara dan Karimun Jawa. Begitu rombongan masuk ruangan museum, langsung pada berpencar seperti komplotan copet yang berbagi tugas. Sehingga yang ikut pemandu cuma 3 orang. Yap. Dari 82 anak yang ikut pemandu cuma 3 anak saja. Mungkin kalo pemandunya gak sabaran udah pada dilempar pake tombak pusaka. Untuk meramaikan saja, maka saya bergabung dengan 3 anak ini. Kini ada 4 anak yang ikut pemandu namun 1 anak tidak mendengarkan penjelasannya.

Yang menarik dari museum ini adalah fosil ikan yang panjangnya panjang banget dan ada semacam taring di bagian kepalanya. Jenis ikan tersebut tidak diketahui. Ikan cowok atau ikan cewek tidak ada yang tahu.

Berhubung hari sudah sore maka kami bergegas menuju makam Kalinyamat di Jepara. Cuma 10 menit dari museum Kartini. Saya pikir bakal menuju makamnya tapi ternyata tidak. Kami dikumpulkan di sebelah timur masjid Kalinyamat dan kemudian diberi penjelasan tentang Kalinyamat oleh takmir. Saya sangat antusias dengan penjelasan dari takmir tersebut hingga saya maju mendekat. Tapi nasib emang lagi buruk. Begitu takmir menjelaskan tentang hal yang saya tidak tahu tiba-tiba ngggguuuuueeeeeng ada suara motor lewat hingga suara takmirnya tidak kedengaran. WTF!!

Selesai di Kota Ukir, berangkatlah kami menuju Kudus Semarak.

Bersambung...



Rv