Usia. Adalah hal yang selalu bertambah
namun mengurangi jatah hidup kita. Njuz yang bulan dan tahun ini merayakan
ulang tahun Njuz yang ke-18. Wah berarti Njuz mulai beranjak dewasa dunk? Asik.
Hehehe.
Berbicara tentang usia, benarkah bila
kita menempuh usia tertentu bisa di anggap dewasa? Seperti umur 18 tahun gitu
maksud Njuz. Apakah kedewasaan orang itu diukur dari umur? Atau dari pola
pikir? Atau dari tampang? Emang sih muka Njuz udah keliatan tua tapi semangat
tetep 45. Hohoho tinggal 45% maksud Njuz.
Kenapa Njuz jadi nulis artikel macem
ni? Gini ya, jadi Njuz agak kurang “sreg” pas baca di koran Kedaulatan Rakyat
halaman depan sendiri tanggal 26 april 2013 tentang pemerkosaan dan pembunuhan
siswi SMK YPKK Yogyakarta yang lumayan menggemparkan di akhir bulan April ini. Jadi
dari 7 tersangka itu ada yang umurnya masih 17 tahun. Dan itu dianggap masih di
bawah umur. Benarkah demikian? Umur menjadi patokan? Dia bisa membunuh,
memperkosa, membakar korban, melakukan hal keji macam tu tapi masih di anggap
di bawah umur? Masih belum bisa mengerti kehidupan ini? Masih belum bisa
memilah dan memilih mana yang benar mana yang salah? Bukak mata kalian orang-orang
Jogja. Mereka bisa melakukan hal itu berarti mereka siap mempertanggung
jawabkannya apalagi umurnya sudah diatas 17 semua. Kecuali para tersangka itu
idiot, maka lain cerita ini.
Sedikit cerita aja ya. Dulu waktu Njuz
umur 13 Njuz udah bisa bedain mana yang benar dan mana yang salah. Njuz di ajak
minum miras waktu umur segitu tapi Njuz tolak. Sampe sekarang pun kalo ada yang
nawarin minum miras tetep Njuz tolak, kecuali miras mahal. Ahihihi.
Back to topik. Sebenarnya hukuman bagi
para pemerkosa di negeri ini ya sudah lumayan yaitu menurut pasal 285 yaitu
hukuman penjara maksimal 12 tahun. Itu maksimalnya. Kan jarang-jarang hakim
jatuhin hukuman maksimal. Paling-paling tergantung uang bukti yang disodorkan. Kalo buktinya
dikit hukumannya ringan, kalo buktinya banyak hukumannya berat.
Menurut Njuz, yang penting ada bukti
dan pengakuan tersangka maka langsung sikat saja dengan hukuman maksimal. Ndak usah
ngomongin banyak bukti wong udah pada ngaku to? Sayangnya hakim tu enak banget
posisinya. Hakim memutuskan perkara dengan salah dapat 1 pahala, kalo
memutuskan dengan benar mendapat 2 pahala.
Okelah bukannya Njuz memprovokasi tapi tulisan ini hanya sekedar sumbang saran agar dijadikan kajian bahwa
batasan umur dalam kriminalitas sebaiknya dihilangkan karena umur tak bisa
dijadikan patokan tingkah laku tapi lebih kepada pendidikannya. Gak sia-sia
Njuz belajar Ilmu Pendidikan sama dosen
yang cantik jelita. Hahahai. Bahwa hakim juga jangan melihat dari sudut pandang
tersangka saja. Jangan Cuma melihat “oh tersangka masih dibawah umur”, “oh
tersangka masih memiliki tanggungan anak istri”, “ oh tersangka masih kuliah”
dan sebagainya. Lihat juga dari pihak korban. Orang tua udah besarin korban
dengan kasih sayang, eh kok tiba-tiba seenaknya aja dibunuh? Punya hak apa
mereka mbunuh korban? Pasti orang tuanya sakit hatilah kalo gitu. Jadi bagi
hakim berlakulah adil!!
Jika keadilan sudah ditegakkan, maka
tak perlu ada kekerasan.
Nun walqalami wama yasturuun.
Rv
No comments:
Post a Comment