Orang yang lebih tua wajib kita
hormati. Orang yang lebih tua salah wajib kita beri tahu. Jangan yang salah
terus dibenarkan. Mengertikah?
12 April 2013 di Jogjakarta. Di malam
hari yang mencekam setelah hujan, Njuz berniat membeli makan di warung nasi
goreng. Starter motor, gas, meluncur. Sampai di pertigaan, Njuz hendak belok
kiri/Selatan (Njuz dari arah Timur). Tiba-tiba nongol orang tua naek motor dari
arah Selatan hendak ke Timur. Namun sayang, orang tua itu melanggar garis putih
solid sehingga orang tua itu sangat mepet dengan trotoar di timur jalan.
Yang terjadi bisa di bayangkan bukan?
Yup, kalo kecepatan motor itu sama-sama 40km/jam, bisa “mak gedubrak”. Tapi
Alhamdulillah kecepatan motor sama-sama rendah, mungkin sekitar 20km/jam
sehingga bisa sama-sama nahan motor. Namun kaki Njuz harus rela turun ke bawah
menuju peceren (comberan). What the Fuck.
Terjadi adu mulut antara Njuz dengan
orang tua itu. Ternyata dia orang kampung situ. Rumahnya hanya 30meter dari
lokasi kami adu mulut. Saya tak peduli, namanya salah tetap saja salah.
Persetan mau dia orang kampung situ, mau dia anak presiden, mau dia haji 60
kali tetep aja judulnya salah.
Tapi kebiasaan orang Indonesia ini
bos. Orang tua selalu benar. Padahal jelas-jelas melanggar dan hampir
menyebabkan kecelakaan tapi malah marah-marah. Lucu banget kan? Beginilah adu
mulut Njuz dengan orang tua laki (OTL) tersebut beserta istrinya (OTP).
OT :
“tiiiiiiin” (suara klakson berbunyi dari motor supra orang tua tersebut)
Njuz :
“Sabar pak. Bapak ini melanggar garis lho.”
OTL :
“Tidak apa-apa, saya kan sudah riting (sen) kanan. Kamu anaknya ****** kan? jangan
mentang kamu ya!” (dengan nada tinggi)
Njuz : “Pak, njenengan (anda; bahasa jawa halus)
nglanggar garis yang harusnya tidak
boleh dilanggar”
OTL : “jangan mentang-mentang kamu ya? Saya
orang sini. Kalau mau ribut saya tunggu di perempatan itu (ke timur sekitar
30meter, 7meter dari rumah dia).”
OTP : “Sudah pak, saya mau sholat” *ngomong sama
suaminya*
OTL : “bentar bu, ini harus dikasih tau biar
gak mentang-mentang”
Njuz : “Ya sudah pak, nuwun sewu”
*geleng-geleng*
"Ini orang kenapa? Daritadi kok ngomong
mentang-mentang? Mentang-mentang apa maksudnya? Jadi orang kok Cuma
setengah-setengah ngomongnya," pikir Njuz
Oke lanjut beli nasi goreng, bungkus,
bawa pulang. Di tengah perjalanan pulang, saya dipanggil sama bapak-bapak di
pinggir jalan. Ternyata ini orang tua yang tadi sempat adu mulut dengan saya.
Wah wah disitu saya di ceramahin. Begini ceramahnya.
OTL : “Kamu ini mentang-mentang anak muda ya!
Saya ini masih sodara sama ibumu, saya kenal sama bapakmu. Orang tuamu
baik-baik. Kok kamunya kayak gini? Kamu tu masih keponakan saya. Saya ketua RT
disini, semua tahu siapa saya.” *dengan nada sombong*
Njuz : *Berpikir cepat* Oh bapak saudaraan sama
ibu saya ya? Pantas rasanya saya pernah mampir ke rumah ini. Bapak siapanya
ibu saya ya? Kenapa bapak tidak ikut arisan trah kemarin?" *dan berbagai macam
pertanyaan dan pernyataan saya lontarkan
Akhirnya tidak terjadi apa-apa di
malam itu. Cuma adu mulut saja antara orang tua yang menjabat sebagai ketua RT
dengan warga biasa yang seorang mahasiswa. Walau orang tua ini yang salah,
namun dia tidak mengakui perbuatannya malah marah-marah. Namun apapun yang
terjadi (khususnya di Indonesia) adalah orang tua selalu benar.
Saya cinta negara ini namun saya benci
dengan segala macam ketololan warganya
Rv
No comments:
Post a Comment