Yu Sar. Itulah nama panggilannya.
Tiap hari dilalui beliau dengan berjualan arang di dekat rumah saya. Dengan
badan yang sedikit tambun dan caping yang selalu berada di kepalanya, ia lalui
hari dengan tersenyum. Tak pernah sekalipun saya melihat Yu Sar cemberut
ataupun marah-marah. Ketika saya lewat di depannya, selalu ia ngaruhke dengan sapaan yang sopan
ataupun bertanya mau kemana?. Tak
lupa senyumnya selalu terpancar ketika menyapa.
Sejak saya kecil, Yu Sar sudah
berjualan arang di dekat rumah saya. Walaupun zaman sudah menyingkirkan arang
dengan minyak dan gas, namun Yu Sar bersama kakaknya, Yu Dar, tetap setia
berjualan arang. Pagi hari sudah menyiapkan jualannya, dan sore hari mereka
pulang ke rumah. Yap benar sekali. Saya tidak tahu dimana rumah Yu Sar. Tapi
kemarin sempet dikasih tau sama tetangga bahwa rumah Yu Sar itu di Imogiri,
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kenapa tetangga saya memberi tahu
rumahnya? Karena saya tanya. Kenapa saya tanya? Karena saya ingin takziah di
rumah Yu Sar. Ya. Tanggal 30 Januari 2013 kemarin seorang penjual arang yang
saya kenal sejak kecil telah meninggal. Orangnya yang ramah dan suka tersenyum
ini meninggalkan kesan mendalam bagi saya. Dan saya pun sedih kehilangan Yu
Sar. Padahal Yu Sar tidak ada hubungan darah dengan saya.
Well, semua yang bernyawa pasti
akan menemui Sang Pencipta. akan sangat mengerikan bila manusia hidup selamanya. :D
Rv
follow my blog katabenny.blogspot.com
ReplyDelete