Dimana
bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Adat istiadat yang berlaku di suatu
daerah wajib dijunjung tinggi oleh masyarakat yang tinggal di daerah rersebut. Daerah
yang masyarakatnya homogen (desa) umumnya masih menjunjung tinggi ada istiadat,
lain halnya dengan kota yang masyarakatnya heterogen. Pada umumnya di kota adat
budaya luhur sudah mulai ditinggalkan digantikan dengan adat “seenaknya sendiri”.
Contohnya
“berbicara dengan nada yang rendah”. Hal ini masih dipegang oleh orang-orang Jojga
pada umumnya walaupun sudah agak luntur. Ya maklum banyak pendatang yang
tinggal di Jogja. Well, bukan berarti saya melarang kalian untuk datang ke
Jogja ataupun menuduh kalian sebagai biang keladinya, tapi ada adat yang harus kalian junjung disini. Dalam keadaan apapun
jangan mengeluarkan suara yang keras apalagi pas bercinta *eh*. Kecuali kalian
lagi neriakin maling, nah itu baru bolehlah keras apa mungkin pas ada kebakaran
kalian bisa teriak, “Tahu Tahu Sumedang”. Ya maksudnya pas situasi tertentu bisa
saja kalian bersuara keras.
Di
kala situasi sunyi tapi banyak orang alangkah lebih baik bicaranya dipelanin
dikit karena dengan itu bisa membantu orang lain untuk tidak terganggu. Toh temen
kalian juga gak tuli kan? Apalagi kalo lagi ada masalah/marah terus suaranya
keras banget sampe orang-orang lain pada tau masalah kalian. Wuih malu-maluin
banget tuh.
Eemm..
Apalagi ya? Udah deh segini aja dulu. Saya mau maen gitar sambil teriak-teriak
dulu di cakruk.
No comments:
Post a Comment