Wednesday, April 30, 2014

Mahasiswi Pantura

Di hari yang cerah atau lebih tepatnya terik tanpa awan yang menghalangi sinar mentari, saat itulah yang tepat untuk mendinginkan diri di ruang kuliah. Dengan AC yang sejuk dan sepoi-sepoi hingga membuat tidur. Tangga yang terjal kulewati demi nikmatnya tidur siang belajar.

Begitu masuk kelas.... Kok ada penyanyi dangdut pantura disini? Rambut disemir pirang, wajah mengkilap macam kecoa, alisnya tebel banget kayak aspal Indonesia yang sering ditambal. Wah jadi keinget artikel saya yang road to pantura.
Ah tak ambil pusing saya dengan mahasiswi baru itu. Mungkin mahasiswi pindahan seperti saya. hahaha. Curhat terselubung.
Tapi bedanya, dia baru masuk udah dikerubungi sama temen2. Lha dulu saya masuk pertama kali, pada ngindarin saya. Brengsek..
Oke seperti biasa saya ambil tempat duduk di tengah, posisi tangan sedakep di atas meja, kepala diletakin di atas tangan. Istimewa banget posisi ini. Sambil nunggu dosen.
Oke. Setelah menunggu sekian lama, dosennya ternyata berhalangan hadir. Yeeeees...

Hari-hari kuliah seperti biasa saya jalani. Yang beda adalah ketika ada orang Pantura ini. Menyebalkan sekali karena sering menyela pembicaraan kawan-kawan yang sedang diskusi ataupun dosen yang sedang menerangkan. Rasanya pengen saya lempar aja itu anak dari lantai 2. Toh gak mungkin mati, paling cuma mental-mentul wong lemu kok.
Wuitz. Tapi tunggu dulu. Kenapa dosen banyak yang kenal sama orang ini? Sebegitu terkenalkan anak ini? Atau hanya gara-gara rambutnya yang nyentrik para dosen jadi kenal dia? Kalo saya lempar dia dari lantai 2, saya bakal di lempar dosen gak? Hmmm.

Waktu berlalu dan saya mendapatkan tugas kelompok berkunjung ke museum Perjuangan satu kelompok dengan Benny, Tia, Cicil, dan Arawinda. Ada yang belum kesebut? Udah semua kan? Oke. Nama terakhir itulah nama mahasiswi yang belakangan saya tahu berasal dari Kebumen dan besar di Pati. Wolha pantas penampilannya macam penyanyi dangdut.

Pulang observasi kami kumpul dulu di warung depan museum Perjuangan sambil bercengkrama dengan pemandu museum bang Tampil (museum Sandi) dan pak Amat (museum Perjuangan).
Sambil ngobrol santai saya mulai tahu ternyata Arawinda ini kerja di UNESCO dan kuliah di Leiden, Belanda, dengan gratis. Edyan. Iri saya sama orang ini. Umur masih di bawah saya tapi otaknya luar biasa. Irinya sama persis seperti waktu saya liat vidionya Sungha Jung di youtube.
Kak Rara, begitu panggilannya, adalah mahasiswa UNY angkatan 2009 dan mendapatkan beasiswa untuk studi di Leiden. Ambil Arkeologi di belanda dan dapat kerja pula di UNESCO dengan gaji yang tidak sedikit serta dinas ke luar negri. Ups keceplosan. Pada saat makan di warung depan museum, dia yang bayar semua. Dari es teh sampe makanan. Khusus jus di belin bang Tampil. Padahal saya ambil makannya buaanyak banget dari nasi, sop, bandeng, galantinnya dua. 4 orang habis 60rb. Ayeee. Jangan salah ya, kurus-kurus begini tapi kalo makan saya jagoan.
Hmm. Kalo cuma makanan kayaknya kurang membuktikan ya kalo dia sugih dan sudah berkeliling dunia. Oke. Hal berikutnya yang bikin saya tercengang adalah ketika dia pergi ke Singapura.
Ah paling hanya bualannya saja. Itulah yang ada di pikiran saya.
Sepulang dari Lionpura, kak Rara bawa coklat sama rokok yang gak ada tulisan MEROKOK MEMBUNUHMU. Waiki positif rokok luar. Oke saya percaya dia staff UNESCO yang tugasnya emang dolan-dolan keliling dunia. Edan penampilan Pantura tapi kuliah di Belanda. Bahkan akhir-akhir ini warna rambutnya juga ganti warna jadi ungu. Dia kalo di bawain microphone pasti cocok banget kayak Mela Barbie atau semacamnya.

Saya tidak bisa bercerita banyak tentang kisahnya karena saya tidak banyak mendengar kisahnya dan juga dunia arkeologi itu rahasia sebelum terungkap semuanya.

Well, jangan menilai orang dari penampilan luarnya, tapi penampilan yang menarik adalah kesan pertama. Saya menilai kak Rara itu penyanyi Pantura tetapi setelah kenal, dia ternyata mempunyai otak yang lebih cemerlang dari penyanyi Pantura lainnya. Eeeehhh..


Tunggu kami kak. Kami pasti bisa menyusulmu pergi ke luar negri asal gak jadi TKI aja.
HNR 2012.



Rv

Thursday, April 24, 2014

Kado

Bagi kalian pembaca blog ini bisa saya pastikan pernah menerima yang namanya kado. Entah itu waktu ulang tahun, sunat, lahiran, ataupun perayaan-perayaan lainnya. Gimana rasanya dapat kado? Asik ya pastinya? Begitupun saya yang selalu menerima kado dari sahabat-sahabat saya saat ulang tahun. Mereka pun juga mendapatkan kado dari saya ketika mereka ultah. Entah sejak kapan tradisi ini berlangsung tapi ini sungguh mengasikkan. Bagaimana capeknya mikir mau ngado apa, dimana carinya, dan ketika target membuka kado maka rasa puaslah yang ada dalam jiwa. Tak peduli seberapa mahal, tak peduli seberapa mewah, tak peduli cantik tidaknya bungkus kado tersebut, tetap saja diterima dan senyumnyalah yang ditunggu.

Tradisi yang saya lestarikan bersama sahabat-sahabat saya dimulai ketika mereka memberikan kado boneka Upin Ipin. Saya tak tahu kenapa mereka ngado saya boneka lucu tersebut. Atau memang karena saya lucu ya? Atau wajah saya baby face? Entahlah. Dilihat dari kadonya saya yakin itu tidak mahal. Tapi yang dipentingkan disini bukan mahal tidaknya sebuah kado, tetapi kebersamaan. Bagaimana kami bisa akrab sampai sekarang padahal kami teman satu SD. Biasanya teman SD itu paling susah bersatu tapi kami lain. Kami sampe sekarang masih tetep bersama dalam keakraban dan tradisi ngado ultah juga sebagai salah satu yang mempererat persahabatan kami.

salah satu kado dari sahabat-sahabat saya

Begitupun ketika saya di ceburin ke pantai sama kawan-kawan kelas B Pendidikan Sejarah 2012, itupun juga sebuah kado bagi saya. Menyenangkan walaupun akhirnya masuk angin karena cuma bawa 1 celana. Hahahaha..

Dulu saat saya ulang tahun ke 19 atau 20 kalau tidak salah, saya mendapat kado sempak dari mbak saya. Dia tahu apa yang saya butuhkan karena lihat jemuran saya yang banyak sempak bolong tergantung di siang bolong dan itu tidak mahal saudara-saudara. Kalau kalian lihat sempak-sempak yang ada di toko-toko, cukup dengan selembar uang bergambar Soekarno-Hatta, sudah bisa membawa 1 pulang bungkus sempak ber merk crocodile saat ini. Kalo jaman saya umur 19? Wah Soekarno-Hatta bisa bawa pulang 2 bungkus sempak crocodile. Mohon maaf untuk kado yang ini tidak bisa saya tampilkan gambarnya.

Mahal-murah, cantik-jelek, mewah-sederhananya sebuah kado, itu tetaplah kado. Hargai kado itu, rawat pemberian itu, simpan di tempat yang kering dan jangan terkena matahari langsung.

Dengan diberikannya kalian kado oleh orang-orang, maka itu pertanda kalian masih disayang dan diperhatikan.



Rv